DARI NERAKA KELAM MENUJU SURGA HARAPAN

“Let’s Help” (c) arza nursatya

Dari Neraka Kelam Menuju Surga Harapan

oleh Galih Sedayu

Narkoba (Narkotik dan Bahan Berbahaya). Kata ini selalu mengusik bangsa kita yang memang sejak dulu gencar untuk memerangi penyalahgunaan benda-benda tersebut. Istilah Narkoba atau Candu sebenarnya pertama kali muncul dari orang-orang Bangsa Sumeria, yaitu sebuah bangsa kuno di kawasan Timur Tengah pada 3500 tahun Masehi yang terkenal dengan legenda air bah (banjir besar) dalam Mitologi Mesopotamia. Orang Sumeria menyebut candu dengan sebutan “Hul Gill” yang berarti “Tumbuhan yang menggembirakan”. Karena sifatnya yang analgesik (pereda rasa sakit), beberapa Filsuf dunia seperti Dioscorides, Hippocrates, Plinius & Theophratus menggunakan candu sebagai bagian dari pengobatan terutama dalam hal pembedahan. Meski begitu, pada awalnya candu tersebut tidak bisa dibawa ke Eropa karena Bangsa Eropa menganggap segala sesuatu yang berasal dari Timur adalah barang setan dan sangat berbahaya. Sampai pada akhirnya Ratu Elizabeth I memboyongnya ke Inggris karena sadar dengan kelebihan candu mentah (opium) tersebut. Sehingga pada akhir tahun 1800-an fenomena candu atau opium tersebut menjadi sebuah gejala epidemik. Ironisnya kala itu para pecandunya banyak dijumpai dikalangan serdadu dan wanita bersalin pada era Perang Dunia.

Sebagai dampak efek candu yang fenomenal, perang candu pun berkobar di dunia. Dimulai pada tahun 1839 ketika pemerintahan Kaisar Tao Kwang memerintahkan Komisaris Lin Tse-Hsu untuk membakar serta memusnahkan candu ilegal di Guangzhou, Cina. Dimana tindakan kaisar tersebut membuat Inggris naik pitam karena dianggap menodai nota kesepakatan kebebasan perdagangan internasional sehingga memicu Perang Candu yang berlangsung selama 3 tahun (1839-1842). Lalu sejarahpun mencatat bahwa pada tahun 1970 Presiden Amerika Serikat ke-37 yaitu Richard Nixon pun turut mendeklarasikan perang terhadap Heroin. Hingga kini perang terhadap Narkoba pun selalu dikumandangkan di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Paska kolonialisme, Indonesia mulai merumuskan Undang-Undang Narkotika pada tahun 1976 yang merupakan ratifikasi Kesepakatan Tunggal PBB tentang obat-obatan Narkotika tahun 1961.

Fotografi yang ditabiskan ke seluruh antero jagat sejak tahun 1839, mempunyai kekuatannya sendiri untuk mengkomunikasikan segala isu yang menjadi permasalahan dunia. Termasuk isu Narkoba. Media Fotografi dapat digunakan sebagai kampanye visual untuk menyuarakan kepedulian dan gerakan Anti Narkoba kepada masyarakat. Agaknya daya pikat fotografi yang memukau tersebut dibaca dan menjadi sebuah kesadaran kreatif yang diusung oleh sekelompok mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang tergabung dalam DRACS (Drugs & AIDS Care Society). Melalui semangat kebersamaan yang dikemas ke dalam sebuah program edukatif fotografi, Pameran Foto yang bertajuk “DRUGS : Black Heaven Utopia” pun dipersembahkan untuk khalayak umum. Pameran Foto ini merupakan 20 buah hasil karya dari program kompetisi foto yang dirancang sebelumnya.

Ketika kita membaca foto-foto yang dipamerkan ini, ‘mindset’ kita hendaknya mulai dialihkan dari sebuah paradigma lama tentang penyampaian realitas permasalahan narkoba secara visual fotografi. Unsur-unsur yang (dahulu) kerap identik dengan pengguna Narkoba semacam Jarum Suntik, Darah dan Pil (Obat) kini secara perlahan mulai ditinggalkan. Citraan visual tentang kehidupan pengguna Narkoba yang dihadirkan melalui fotografi kini ditampilkan dengan sedikit lebih cerdas dan tidak vulgar. Semiotika visual pun mulai berani disuguhkan oleh para fotografer. Elemen-elemen yang ada di sekitar kita menjadi sebuah simbol bagi mereka untuk menangkap sejumlah komposisi fotografis. Semisal pojok sebuah kamar yang mencerminkan ruang paling pribadi para pengguna Narkoba serta saklar lampu yang memiliki tombol mati-hidup seolah-olah bak sebuah pilihan yang harus diambil oleh para pengguna Narkoba. Meski figur kaum hawa kebanyakan masih terus menjadi sebuah obyek yang mengisi bingkai-bingkai visual kreativitas mereka. Tetapi setidaknya secara keseluruhan foto-foto ini memaparkan sebuah optimisme baru dari sebuah metamorfosa kehidupan. Dari mendung menjadi terik. Dari muram menjadi cerah. Dari gelap menuju terang. Dari mati menjadi lahir. Oleh karena itu kita harus menyadari bahwa sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk memerangi masalah Narkoba dalam masyarakat.

Hendaknya kita dapat menyimak sebuah kalimat yang diucapkan William Wallace kepada Princess Isabelle dalam film “Brave Heart” sesaat sebelum Wallace dihukum mati oleh Raja Inggris yaitu “Setiap orang pasti akan mati, tetapi tidak semua orang yang sungguh hidup”. Pelajaran yang bisa diambil adalah bagaimana hidup kita dapat menjadi sesuatu dengan melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain. Seperti tindakan kecil yang dilakukan oleh para sahabat DRACS Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha melalui Pameran Foto Anti Narkoba ini. Semoga buah karya mereka dapat menginspirasi tindakan-tindakan kecil lain. Karena walau bagaimanapun karya besar itu akan terwujud oleh rangkaian tindakan-tindakan kecil yang dibawa bersama-sama. Demi nama cinta, kasih dan harapan bagi dunia yang lebih baik tentunya.

Fotografi bergerak!!

http://fotografius.wordpress.com

“Tulisan ini diberikan sebagai Kata Pengantar Pameran Foto “DRUGS: Black Heaven Utopia” dalam rangka “Fotografi Untuk Bandung 200 Tahun” yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha yang berlangsung di Grha Widya Maranatha (GWM) UK Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung tanggal 19-20 Desember 2009”

    • sofie
    • February 12th, 2010

    STOP narkoba. Peduli AIDS.

    • Tegar Widya Laksono
    • March 9th, 2010

    alihkan semua waktu luang kalian kepada sesuatu yang positif, mungkin bisa digunakan untuk mencari hobi dan bakat terpendam kalian dan mendalaminya,,
    selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa (Allah Swt),mungkin dengan puasa senin kamis,, insyaallah pikiran negatif pun dapat diminalisir dan hilang.

    selalu peka terhadap orang-orang dilingkungan kalian, waspadalah, buakan berarti membatasi pergaulan, yang terpenting adalah bisa menjaga diri.

  1. No trackbacks yet.

Leave a reply to Tegar Widya Laksono Cancel reply