ANAK MENURUT ORANG DEWASA Pameran angkatan 2009, UKM BIDIK STIKOM Bandung
Lugu si anak yang dibidik kamera, biasanya lebih naif si pemotret itu sendiri. Seperti ingin mengisahkan dunia anak dari sudut pandang orang dewasa. Sebenarnya anak pun mempunyai cara pandang yang berbeda, dan belum tentu sesuai dengan perspektif orang dewasa. Apakah 10 pemotret yang tergabung dalam BIDIK Fotografi STIKOM sadar dengan isu seperti ini? Pesan apa yang hendak disampaikannya?
Hujan angin telah membuyarkan rencana besar panitia, menggelar pameran “Detak Cita Kala Beranjak” di sudut kampus STIKOM, lebih tepatnya di bawah naungan tenda awning belakang kampus. Porak poranda tidak berbentuk lagi. Apapun yang terjadi, pameran ini harus tetap berlangsung. Akhirnya lorong kelas menjadi ruang gelar pameran angkatan 2009, Unit Kegiatan Mahasiswa/ UKM BIDIK STIKOM Jalan P.HH. Mustopha 72 Bandung. Pameran ini dibuka tanggal 17 Mei 2010 dan berakhir tanggal 19.
Pukul 17.30 WIB, pameran resmi dibuka. Sepuluh lampu tunsten menggantung, menerawang sepanjang lorong pendek. 20 karya fotografi yang dicetak ukuran 30×40 centimeter disusun rapih, tanpa dikategorikan khusus, semuanya disusun acak. Mungkin ini adalah pendekatan si kurator, atau keinginan panitia, yang jelas si kurator berutang penjelasan pameran. Tidak ada teks pengantar yang menggiring pengunjung untuk bisa menyelami pajang karya ini.
Seperti yang dijelaskan ketua pelaksan kegiatan, Masnurdiansyah, bahwa pameran ini berawal dari rangkaian kegiatan masa bimbingan dan pendidikan dasar BIDIK angkatan 2009. Jadi semacam tradisi semenjak Unik Kegiatan Mahasiswa ini berdiri tahun 1998 lalu. Setiap tahun diselenggarakan pameran angkatan. Dari 12 orang yang tergabung di angkatan 2009, hanya 10 orang saja yang berpartisipasi, diantaranya; Nadia Sagara Asmara, Lia Amalia, Risanti, Nurul Maulyda Ekaputri, Wanti Puspa Gustiningsing, Chandra Kurnia, Masnurdiansyah, Novrian Arbi, Riyadhus Shalihin, Asep Pupu Saeful Bachri.
Semua karya, diambil bukan dengan metode foto hunting keroyokan. Semua karya hasil pengamatan masing-masing pemotret, kemudian diambil secara individu. Dengan demikian, karya foto pun beragam. Berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu, beberapa foto nampak sama karena menggunakan metode pengambilan gambar bergerombol. Dari lima puluh lebih karya yang diserahkan kepada kurator, hanya 26 foto saja yang lolos dipamerkan. (denisugandi@gmail.com)